Dulu di daerah Manggarai ada kolam pemandian (zwembad) Manggarai yang pada akhir tahun 1960-an berubah fungsi menjadi gedung bioskop.
Menurut dr. Firman Lubis, pada masa itu interior dan fasilitas gedung bioskop masih sederhana namun tergolong bagus untuk masa itu. Dulu ada 3 kelas karcis bioskop yang berbeda-beda harganya. Kelas paling murah adalah yang terdepan dan sering disebut kelas kambing. Kalau sehabis nonton di kelas ini, biasanya otot leher akan sakit dan kepala menjadi pusing.
Kelas yang di tengah disebut stalles. Sedangkan kelas paling mahal terletak di belakang dan disebut loge (dibaca: lo:sye).
Film-film Amerika Serikat pernah diboikot sebagaimana produk-produk Barat lainnya yang dianggap tidak sesuai dengan kepribadian bangsa. Bahkan dulu kantor AMPAI (American Motion Picture Association of Importers) yang terletak di pojok Jl. Veteran pernah didemo para pemuda komunis yaitu Pemuda Rakyat. Mereka menuntut penghentian masuknya film-film Amerika yang dianggap berbau Nekolim. Pada masa itu dibentuk pula organisasi PAPFIAS atau Panitia Aksi Pemboikotan Film Imperialis AS. Direktur AMPAI yaitu Bill Palmer dituduh agen CIA dan kelak bungalow nya di daerah Puncak diserbu dan dirusak massa.
Menjelang 1965 semua pereferan film Amerika dihentikan. Sebagai gantinya, bioskop-bioskop memutar film-film Rusia, Eropa Timur, Tiongkok, Jepang dan film nasional. Uniknya, dr. Firman Lubis mendapat informasi dari sumber terpercaya bahwa setiap minggu Bung Karno memutar film-film Amerika di istana!
Sumber bacaan dan foto: Buku Jakarta 1960-an: Kenangan Semasa Mahasiswa, karya dr. Firman Lubis, tahun 2008. hal. 192-195.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar